Profil Desa Prigi
Ketahui informasi secara rinci Desa Prigi mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Prigi, permata agraris di Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara, kini menjelma menjadi pusat agrowisata salak dan ekonomi kreatif yang menjanjikan, menggerakkan roda perekonomian lokal.
-
Sentra Salak Unggulan
Desa Prigi merupakan basis utama pertanian salak pondoh di Banjarnegara, dengan kualitas buah yang diakui dan menjadi tulang punggung ekonomi mayoritas warganya.
-
Inovasi Agrowisata dan Agensia Hayati
Pemerintah dan masyarakat desa aktif mengembangkan konsep agrowisata petik salak dan menjadi percontohan "Kampung Agensia Hayati" yang ramah lingkungan.
-
Pemberdayaan Ekonomi Kreatif
Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT), Desa Prigi berhasil melakukan diversifikasi produk olahan salak menjadi aneka camilan dan minuman, yang meningkatkan nilai tambah komoditas utama mereka.

Desa Prigi, yang terletak di Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, secara konsisten menunjukkan transformasinya dari desa agraris konvensional menjadi sebuah entitas desa yang dinamis dan inovatif. Berada di jalur strategis yang tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten, desa ini mengoptimalkan potensi utamanya di sektor pertanian, khususnya komoditas salak, untuk dikembangkan menjadi destinasi agrowisata serta pusat ekonomi kreatif. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga memperkuat citra Prigi sebagai desa percontohan yang berhasil memadukan kekayaan alam dengan pemberdayaan sumber daya manusia.
Langkah progresif pemerintah desa bersama kelompok masyarakat dalam beberapa tahun terakhir telah membuahkan hasil signifikan. Berbagai program, mulai dari penetapan sebagai Kampung Agensia Hayati hingga pembangunan infrastruktur penunjang pascapanen, menjadi bukti keseriusan Desa Prigi dalam membangun kemandirian ekonomi. Dengan dukungan aktif dari pemerintah kabupaten dan berbagai pihak, Desa Prigi kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu desa unggulan di Banjarnegara yang sejahtera dan berdaya saing.
Kondisi Geografis dan Demografi
Secara geografis, Desa Prigi terletak pada ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan karakteristik wilayah yang didominasi oleh pegunungan dan sebagian kecil dataran rendah. Berdasarkan data resmi pemerintah desa, luas wilayah Desa Prigi mencapai 416 hektar. Letaknya yang subur menjadikan lahan di desa ini sangat produktif untuk kegiatan pertanian dan perkebunan.
Letak wilayah Desa Prigi berbatasan langsung dengan beberapa desa dan wilayah lain. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo yang dipisahkan oleh aliran Sungai Serayu. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bandingan dan Desa Sawal, sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pringamba. Adapun di sebelah barat, Desa Prigi berbatasan dengan Desa Gembongan. Jaraknya ke pusat Kecamatan Sigaluh terbilang dekat, yakni hanya sekitar 1,7 kilometer, sedangkan jarak ke ibukota Kabupaten Banjarnegara sekitar 12 kilometer.
Secara administratif, wilayah pemerintahan Desa Prigi terbagi menjadi 6 dusun, 6 Rukun Warga (RW) dan 21 Rukun Tetangga (RT). Dusun-dusun tersebut meliputi Dusun Krajan, Gribig Wetan, Prigi Gunung, Karanganyar, Gribig Kulon, dan Sidomulyo.
Dari sisi demografi, menurut data BPS Kecamatan Sigaluh, Desa Prigi merupakan salah satu desa dengan jumlah penduduk terbanyak di kecamatannya. Pada data terakhir yang terpublikasi, jumlah penduduknya tercatat mencapai 3.911 jiwa. Dengan luas wilayah 4,16 km², maka kepadatan penduduk di Desa Prigi diperkirakan mencapai 940 jiwa per kilometer persegi. Struktur penduduk yang padat ini menjadi potensi sumber daya manusia yang besar sekaligus tantangan dalam penyediaan lapangan kerja dan layanan publik.
Sejarah dan Pemerintahan Desa
Menurut legenda yang diwariskan turun-temurun, nama "Prigi" memiliki asal-usul yang berkaitan dengan sebuah peristiwa di zaman kerajaan. Konon, di wilayah ini terdapat sebuah sumber mata air atau sumur kecil yang dalam bahasa Jawa kuno disebut prigi. Sumber air ini menjadi tumpuan hidup masyarakat di sekitarnya. Sebagai bentuk penghormatan dan untuk mengenang keberadaan sumber air vital tersebut, masyarakat sepakat menamai wilayah mereka dengan sebutan Prigi. Nama ini kemudian dilembagakan secara resmi menjadi nama desa sejak sistem pemerintahan desa mulai terbentuk pada tahun 1912.
Pemerintahan Desa Prigi berfungsi sebagai motor penggerak utama pembangunan dan pelayanan masyarakat. Struktur organisasi pemerintah desa terdiri dari Kepala Desa yang dibantu oleh perangkat desa lainnya, seperti sekretaris desa, kepala urusan (kaur), kepala seksi (kasi), dan kepala dusun. Sinergi antara pemerintah desa dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menjadi kunci dalam merumuskan kebijakan yang partisipatif dan sesuai dengan aspirasi warga.
Pemerintah Desa Prigi secara aktif menginisiasi berbagai program pembangunan, terutama yang berbasis pada potensi lokal. Salah satu fokus utamanya ialah pemberdayaan ekonomi melalui sektor pertanian dan UMKM. Kebijakan ini diimplementasikan melalui dukungan terhadap kelompok tani, fasilitasi pelatihan, hingga pembangunan infrastruktur vital seperti bangsal pascapanen. Visi pemerintah desa ialah menjadikan Prigi sebagai desa yang mandiri, sejahtera, dan inovatif dengan tetap menjaga kearifan lokal.
Potensi Ekonomi Utama: Dominasi Sektor Pertanian Salak
Tulang punggung perekonomian Desa Prigi terletak pada sektor pertanian, dengan salak pondoh sebagai komoditas andalan yang paling dominan. Lahan perkebunan salak terhampar luas di hampir seluruh penjuru desa, dikelola oleh sebagian besar penduduk, baik sebagai pemilik lahan maupun buruh tani. Salak dari Prigi dikenal luas memiliki kualitas unggul, dengan ciri khas rasa yang manis, daging buah tebal, dan tekstur renyah, menjadikannya sangat diminati di pasar regional.
Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produksi, para petani di Desa Prigi tidak hanya bergantung pada metode konvensional. Melalui Kelompok Tani Ngudi Slamet, mereka secara konsisten menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan dengan memanfaatkan agensia hayati. Agensia hayati merupakan mikroorganisme seperti serangga dan cendawan yang diolah untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Inisiatif ini berhasil mengurangi ketergantungan pada pestisida dan pupuk kimia, menghasilkan produk salak yang lebih sehat dan aman dikonsumsi.
Atas konsistensi tersebut, Desa Prigi secara resmi dicanangkan sebagai "Kampung Agensia Hayati" oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Penetapan ini bukan hanya sebuah pengakuan, melainkan juga strategi untuk memperkuat citra produk pertanian desa. Selain salak, masyarakat juga menanam komoditas lain seperti padi di area sawah serta tanaman palawija dan kayu keras seperti sengon dan mahoni sebagai sumber pendapatan alternatif.
Pengembangan Agrowisata dan UMKM sebagai Motor Penggerak Baru
Menyadari bahwa ketergantungan pada penjualan buah segar memiliki keterbatasan, Pemerintah Desa Prigi bersama masyarakat melakukan terobosan dengan mengembangkan sektor agrowisata dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Konsep "Zalaka Center" digagas sebagai pusat pengembangan agrowisata salak, di mana pengunjung dapat merasakan sensasi memetik buah salak langsung dari pohonnya, sekaligus mendapatkan edukasi mengenai proses budidaya yang ramah lingkungan.
Pengembangan ini didukung penuh dengan pembangunan infrastruktur penting. Pada tahun 2023, di Desa Prigi telah diresmikan sebuah bangsal pascapanen yang modern. Bangsal ini berfungsi sebagai rumah produksi yang dilengkapi dengan berbagai peralatan pengolahan untuk komoditas hortikultura. Pengelolaan bangsal ini dipercayakan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Sekar Wangi, sebuah kelompok perempuan yang sangat produktif di desa tersebut.
Di bawah naungan KWT Sekar Wangi, diversifikasi produk olahan salak berkembang pesat. Buah salak yang mungkin tidak lolos standar jual sebagai buah segar, diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Beberapa produk unggulan yang dihasilkan antara lain sirup salak, manisan, selai, keripik, brownies, hingga jenang (dodol) salak. Inovasi ini berhasil memberikan nilai tambah yang signifikan, membuka lapangan kerja baru, dan menjadi sumber pendapatan tambahan yang menjanjikan bagi kaum perempuan di desa. Keberadaan UMKM ini menjadi motor penggerak ekonomi baru yang melengkapi dominasi sektor pertanian.
Infrastruktur dan Kehidupan Sosial Masyarakat
Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas Pemerintah Desa Prigi untuk menunjang aktivitas ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Akses jalan utama yang menghubungkan Desa Prigi dengan pusat kecamatan dan kabupaten sudah dalam kondisi baik dan beraspal, sehingga memperlancar distribusi hasil bumi dan mobilitas warga. Jaringan listrik dan telekomunikasi juga telah menjangkau seluruh wilayah desa. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, terutama untuk irigasi, Kementerian PUPR bahkan membangun Sistem Penyediaan Air Baku (SPAB) Kali Ori di desa ini, yang manfaatnya dirasakan langsung oleh para petani.
Di bidang pendidikan, Desa Prigi memiliki fasilitas yang memadai di tingkat dasar, seperti beberapa Sekolah Dasar (SD) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang tersebar di beberapa dusun. Untuk layanan kesehatan, masyarakat dapat mengakses Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang aktif setiap bulannya serta fasilitas Puskesmas Pembantu untuk penanganan medis dasar.
Kehidupan sosial masyarakat Desa Prigi sangat erat dan dilandasi oleh semangat kebersamaan. Budaya gotong royong masih terjaga dengan baik dan seringkali diimplementasikan dalam berbagai kegiatan, mulai dari kerja bakti membersihkan lingkungan hingga membantu sesama warga yang sedang mengadakan hajatan. Mayoritas penduduknya beragama Islam, yang tercermin dari keberadaan masjid dan musala di setiap dusun yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan dan sosial. Dengan perpaduan potensi alam yang melimpah, inovasi ekonomi yang terus berjalan, serta infrastruktur yang memadai, Desa Prigi memiliki fondasi yang kokoh untuk terus bergerak maju menjadi desa yang mandiri dan sejahtera.